Mengenal Tradisi Meuleum Harupat Dari Sunda

Mengenal Tradisi Meuleum Harupat Dari Sunda

Indonesia memiliki kekayaan ragam budaya yang sangat banyak sekali. Dengan banyaknya pulau yang memiliki adat istiadatnya masing-masing. Bahkan pada satu pulau pun, memiliki lebih dari satu adat budayanya masing-masing seperti yang ada di pulau Sumatera juga pulau Jawa. Di Pulau Jawa ini ada dua suku besar yang mendiami pulau Jawa, yakni suku Jawa dan suku Sunda. Pada adat suku Sunda terdapat tata cara pernikahan yang disebut sebagai Meuleum Harupat.

Apa itu Meuleum Harupat

Meuleum harupat ialah bagian dari prosesi pernikahan adat suku Sunda di Jawa Barat. Kata Meuleum memiliki arti membakar dalam bahasa Sunda. Sedangkan kata harupat ialah nama dari bagian tumbuhan aren dalam bahasa Sunda juga. Karakteristik harupat tersebut ialah mudah terbakar dan juga mudah dipatahkan. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik yang ada dalam diri manusia yakni seperti sifat yang mudah marah atau getas harupateun. Dalam upacara adat pernikahan secara budaya Sunda ini maka pengantin pria akan memegang harupat atau lidi dari pohon aren tersebut, dan lalu pengantin wanita akan membakarnya dengan lilin hingga lalu menyala, dan kemudian dipadamkan. Nyala api dari lidi pohon aren tersebut diibaratkan sebagai amarah pria atau suami yang padamkan atau disiram dengan kelembutan dari seorang wanita atau istri. Itulah nilai filosofi dari salah satu rangkaian dari tata cara upacara adat pernikahan Sunda. Meuleum harupat adalah salah satu bagian dari tata cara upacara adat pernikahan tradisional secara Sunda.

Tata Cara Upacara Adat Pernikahan Sunda

Pernikahan tradisional adat Sunda itu memiliki prosesi yang cukup panjang, bahkan prosesi pernikahannya tidak hanya dijalankan pada saat hari H pernikahannya saja, tapi juga sudah dimulai sejak beberapa hari hingga seminggu sebelum hari H pernikahan pun sudah dibuka dengan beberapa prosesi acara pranikah adat Sunda. Berikut susunan acara, ritual, dan juga prosesi lengkap pernikahan adat Sunda tersebut.

Neundeun Omong atau Menyimpan Janji

Neundeun Omong atau menyimpan janji atau ucapan ini ialah untuk memastikan bahwa sang calon pengantin wanita dimaksud belum menerima lamaran dari orang lain.

Narosan atau Nyeureuhan atau Lamaran

Keluarga calon mempelai pria menyerahkan Sirih lengkap dengan uang pengikatnya sebagai isyarat bahwa pihak calon mempelai pria bersedia ikut serta membiayai pesta upacara pernikahan. Juga diberikan cincin meneng atau cincin belah rotan sebagai tanda ikatan atau pertunangan.

Nyandakeun atau Seserahan

pihak mempelai pria menyerahkan perlengkapan seperti uang, pakaian, makanan, dan lain sebagainya. Lalu pihak calon mempelai wanita juga membalas dengan seserahan kepada pihak laki-laki. Hal ini dilakukan tujuh hingga satu hari sebelum hari pernikahan.

Ngeuyeuk Seureuh

Prosesi Ngeuyeuk Seureuh dipimpin Pengeuyeuk yang akan mempersilahkan kedua calon pengantin minta izin serta doa restu dari orang tua dengan diiringi lagu kidung oleh Pengeuyeuk. Kedua calon pengantin disawer beras yang maknanya supaya hidup sejahtera. Lalu dikeprak juga dengan sapu lidi disertai pemberian nasehat, lalu kain putih penutup Pengeuyeuk dibuka. Kemudian mayang jambe dan juga buah pinang dibelah oleh calon mempelai pria  dan dilanjutkan dengan upacara penumbukkan alu ke dalam lumpang hingga sebanyak tiga kali.

Ngebakan atau Siraman Pernikahan Adat Sunda

Maksudnya untuk menyucikan kedua mempelai

Ngabageakeun 

Calon mempelai pria disambut dengan ibu dari calon mempelai wanita dengan kalungan bunga melati. Lalu calon mempelai wanita menuju pelaminan diapit kedua orang tua. 

Akad Nikah dan Sungkeman

Setelah akad nikah, kedua mempelai melakukan sungkeman kepada kedua orang tua.

Saweran 

Pengantin disawer dan diberi wajangan. Lemparan uang logam dan beras lambang dari kemakmuran, dan kunyit sebagai simbol kejayaan, lalu permen sebagai lambang manisnya kehidupan berumah tangga. 

Meuleum Harupat atau Membakar Harupat

Mempelai wanita membakar batang harupat yang dipegang oleh mempelai pria dengan lilin, lalu dimasukkan ke dalam kendi berisi air yang dipegang oleh mempelai wanita. Batang harupatnya diangkat kembali lalu dipatahkan dan dibuang. Harapannya agar persoalan rumah tangga dipecahkan bersama-sama.

Nincak Endog atau Menginjak Telur

Mempelai pria menginjak telur sampai pecah, lalu istri membersihkan kaki suami. 

Ngaleupas Japati atau Melepas Merpati

Pelepasan burung merpati putih dilakukan oleh orang tua.

Muka Panto atau Buka Pintu

Dilakukan sebagai lambang pengantin memasuki rumah bersama-sama.

Lalu ada juga prosesi Huap Lingkup  orang tua menyuapi anak, dan Pabetot Bakakak Hayam, yakni pengantin tarik menarik ayam bakar utuh. Banyak sekali prosesi pernikahan adat itu.