Pernikahan Kromojati: Pernikahan Adat Yang Cukup Unik

Pernikahan Kromojati: Pernikahan Adat Yang Cukup Unik

Pernikahan merupakan gerbang yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang baru. Indonesia sebagai negara dengan ribuan bahkan jutaan keragaman juga memiliki salah satu pernikahan adat yang cukup unik yakni pernikahan kromojati.

Pernikahan adat khususnya pernikahan adat jawa merupakan sebuah rangkaian upacara pernikahan yang dilakukan pasangan mempelai untuk menghalalkan hubungan mereka hingga nantinya resmi menjadi suami – istri. Adat jawa pada umumnya memandang pernikahan merupakan sesuatu yang sakral sehingga segala persiapannya harus dilakukan dengan matang baik dari pemilihan hari hingga semua persiapan yang dibutuhkannya. 

Gunung Kidul merupakan daerah yang memiliki berbagai macam adat pernikahan salah satunya kromojati. Kromojati merupakan kalimat yang berasal dari bahasa jawa komo yang memiliki arti pernikahan dan jati yang memiliki arti tanaman atau pohon jati. Pernikahan kromojati merupakan sebuah cara peresmian hubungan dalam hal ini pernikahan dengan menggunakan syarat penanaman pohon jati. 

Pernikahan Adat kromojati yakni mensyaratkan pasangan yang akan menikah harus menanam setidaknya 5 bibit pohon jati, buka tanpa alasan melakukan hal ini. Karena pernikahan adat kromojati merupakan pernikahan yang memiliki makna baik untuk kepedulian terhadap lingkungan karena seperti yang kita tahu saat ini keberadaan hutan semakin terkikis, jadi pelaksanaan pernikahan adat kromojati merupakan hal yang baik sebagai sarana untuk menjaga lingkungan tetap asri.

Prosedur pelaksanaan pernikahan adat sebenarnya hampir mirip dengan prosedur pernikahan pada umumnya yakni pada pernikahan adat umumnya ada lamaran dan acara nikahan. Acara lamaran pada prosedur pernikahan adat jawa jaman dahulu bersifat terbuka dan spekulatif sehingga bisa diartikan bahwa saat lamaran masih akan ada kemungkinan lamaran bisa ditolak. Jaman dahulu pihak perempuan sengaja meminta waktu untuk memikirkan lamaran dari berhari – hari hingga berbulan – bulan hal ini sebenarnya ada kaitannya dengan harga diri pihak keluarga wanita. 

Pada zaman dahulu banyak orang yang menganggap jika pihak wanita terlalu cepat menerima lamaran hal ini dianggap sebagai salah satu cara merendahkan harga diri dan derajat anak gadis yang mereka miliki. Namun, saat ini acara lamaran dianggap sebagai acara pertemuan keluarga saja karena banyak pasangan yang sudah mengenal sejak sebelum lamaran. Jadi, saat lamaran hanya terjadi proses perkenalan kedua belah pihak keluarga yang umumnya langsung diterima. 

Pada saat proses lamaran dilakukan umumnya juga dibicarakan tentang kesepakatan yang akan dilakukan saat pernikahan nantinya misalnya tentang tanggal pernikahan serta hal – hal yang berhubungan dengan pernikahan itu sendiri. Adat jawa mengenal paningset, yang artinya persetujuan setelah lamaran diterima. Konsep terkait paningset ini juga menjadi tradisi yang memiliki sifat mengikat kepada kedua belah pihak. Jika nantinya salah satu pihak baik itu pihak laki – laki maupun pihak perempuan melakukan pelanggaran maka akan ada sanksi baik sanksi adat maupun sanksi secara pribadi. Paningset merupakan bagian dari adat yang diberikan oleh pihak pengantin pria ke pihak pengantin wanita, ada batasan yang diberikan dalam paningset ini yakni selambat – lambatnya lima hari sebelum acara pernikahan dilakukan. Namun, saat ini banyak orang memilih kepraktisan sehingga acara paningset sudah digabungkan dengan acara midodareni. Pada paningset ataupun midodareni merupakan saat dimana pengantin pria memberikan seserahan kepada pengantin wanita, jika dalam kromojati maka seserahan tersebut berupa 5 bibit pohon jati yang diberikan sebelum pernikahan. 

Setelah proses paningset dilakukan selanjutnya bisa masuk ke tahapan ngetung dina atau mencari hari yang baik untuk menikah. Adat jawa mempercayai bahwa pernikahan akan berlangsung baik jika weton kedua calon mempelai cocok secara perhitungan jawa. Misalnya, ada persamaan hari lahir antara mempelai laki – laki dan mempelai wanita, hal ini dianggap tidak baik dalam adat jawa karena dipercaya nantinya akan terjadi kematian pada salah satu pihak yang memiliki hari lahir yang sama. Setelah menemukan hari dan weton yang cocok maka selanjutnya bisa melakukan acara  pernikahan yang biasanya pada adat jawa juga ada yang disebut dengan sinoman yang berarti proses membantu memasak untuk keluarga yang memiliki hajat dalam hal ini pernikahan.